Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Kepri, Diky Wijaya, mengungkapkan bahwa masalah pengangguran di daerahnya masih menjadi tantangan serius, meskipun laju investasi terbilang tinggi. Angka pengangguran yang tertinggi di seluruh Indonesia tidak dapat dianggap remeh, terutama dalam konteks pertumbuhan ekonomi daerah.
Ketika kita berbicara tentang ekonomi, banyak yang mengira bahwa investasi langsung akan menyerap tenaga kerja dengan cepat. Namun, data menunjukkan bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kepri telah mencapai 6,8 persen, yang berkaitan dengan sekitar 70 ribu individu yang belum memiliki pekerjaan. Angka ini meliputi bukan saja pekerja lokal, tetapi juga orang-orang yang datang dari luar daerah, terutama Batam, dengan harapan mendapatkan pekerjaan.
Pengangguran dan Keterampilan yang Diperlukan
Kepala Dinas menjelaskan bahwa Batam berfungsi sebagai pusat industri dan pariwisata, sehingga menjadi daya tarik bagi orang dari berbagai provinsi untuk mencari kerja. Namun, yang menarik, tingginya investasi dan lapangan kerja yang tersedia tidak menghasilkan penurunan signifikan pada angka pengangguran. Hal ini disebabkan oleh faktor lain yang terletak pada keterampilan yang dimiliki pencari kerja.
Dia memberikan contoh konkret mengenai banyaknya pelamar untuk posisi tertentu seperti barista dan welder, tetapi tidak satu pun yang dapat diterima karena mereka tidak memiliki sertifikasi yang diharapkan. Ini menunjukkan adanya kesenjangan keterampilan di mana banyak pencari kerja yang tidak memenuhi syarat bahkan untuk pekerjaan entry-level yang tersedia di industri. Oleh karena itu, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi mulai meningkatkan fokus mereka pada kompetensi individu melalui pelatihan yang relevan dan sertifikasi yang diakui.
Meningkatkan Kompetensi Melalui Pelatihan
Saat ini, Disnakertrans Kepri telah mengembangkan sejumlah Balai Latihan Kerja (BLK) di beberapa wilayah, termasuk Tanjungpinang dan Batam, untuk menyediakan pelatihan yang relevan dengan kebutuhan industri. Pendekatan ini sangat penting, khususnya untuk lulusan SMA yang belum memiliki keterampilan teknis. Program pelatihan dilakukan secara masif untuk membawa mereka masuk ke pasar kerja dengan lebih siap.
Tentu saja, Disnakertrans Kepri berkomitmen untuk menyesuaikan pelatihan dengan kebutuhan pasar. Lulusan SMK mungkin sudah memiliki dasar keahlian, tetapi banyak lulusan SMA yang masih perlu dilatih. Fokus ini bertujuan untuk membantu mereka agar memiliki peluang kerja yang lebih baik, mengingat mereka menjadi bagian penting dalam mengatasi pengangguran.
Di samping pengangguran, Dinas juga mengamati lemahnya penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di berbagai perusahaan. Masih banyak pelaku usaha yang mengabaikan aspek ini, yang berpotensi membahayakan keselamatan pekerja. Penerapan K3 yang adekuat sangat penting dalam mengurangi resiko kecelakaan kerja yang dapat menimbulkan kerugian finansial tidak hanya bagi pekerja, tetapi juga bagi perusahaan itu sendiri.
Disnakertrans secara rutin melakukan pengawasan dan tidak segan-segan memberikan sanksi kepada perusahaan yang melanggar peraturan K3. Sanksi ini dapat bervariasi, mulai dari yang ringan sampai penutupan usaha, yang menunjukkan komitmen mereka dalam menjaga keselamatan dan kesejahteraan pekerja. Melalui pendekatan ini, diharapkan perusahaan semakin sadar pentingnya K3 dan berkolaborasi dengan Dinas untuk menyiapkan tenaga kerja lokal yang berkualitas.
Dengan demikian, Disnakertrans Kepri hadir untuk melindungi dua belah pihak: pekerja dan pengusaha. Tujuannya adalah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang tidak hanya cepat, tetapi juga berkualitas dan berkelanjutan. Kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan menjadi titik fokus dalam setiap program dan pelatihan yang dilakukan.