Program Pemeriksaan Kesehatan Gratis (PKG) merupakan salah satu inisiatif penting untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Namun, anehnya, program yang dicanangkan ini kurang mendapatkan perhatian dari warga, terutama di Kabupaten Kepulauan Anambas.
Sejak diluncurkan pada bulan Februari, program ini hanya dimanfaatkan oleh segelintir masyarakat. Menurut data Kementerian Kesehatan, hanya 321 warga Anambas yang memanfaatkan layanan PKG, sebuah angka yang sangat minim jika dibandingkan dengan total populasi Anambas yang mencapai 50.703 jiwa.
Minimnya Partisipasi dalam Program Kesehatan
Satrio Pratama, Plt Kabid Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Anambas, mengakui bahwa animo masyarakat untuk mengikuti program pemeriksaan kesehatan ini masih rendah. “Kami telah berulang kali mengimbau warga untuk memanfaatkan pemeriksaan gratis ini. Tujuannya adalah untuk melakukan deteksi dini berbagai penyakit sekaligus sebagai promosi kesehatan,” ujar Satrio.
Awalnya, program PKG ditujukan untuk warga yang sedang berulang tahun. Namun, banyak di antara mereka yang melewatkan kesempatan tersebut. Misalnya, seorang warga bernama Helmi mengaku tidak ingat untuk memanfaatkan layanan ini meskipun sudah berulang tahun pada bulan lalu. Ia lebih cenderung mengunjungi Puskesmas hanya saat merasa sakit. “Biasanya, saya hanya periksa kalau sakit. Kalau sehat, jarang,” ungkap Helmi.
Strategi Meningkatkan Kesadaran Kesehatan
Dengan jumlah partisipasi yang rendah, sangat penting untuk mencari solusi dan strategi yang dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pemeriksaan kesehatan rutin. Misalnya, menggelar kampanye promosi kesehatan yang lebih agresif dan menggugah perhatian masyarakat, terlebih di media sosial.
Pemerintah daerah juga bisa menjalin kerja sama dengan komunitas lokal, organisasi non-pemerintah, dan sektor swasta untuk menyelenggarakan acara kesehatan seperti pemeriksaan gratis, seminar, atau lokakarya pendidikan. Dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat, diharapkan kesadaran akan pentingnya kesehatan dapat meningkat.
Sementara itu, Helmi merasa perlu mengubah pola pikirnya tentang kesehatan. Ia menyadari bahwa pencegahan adalah langkah yang lebih baik dibandingkan menunggu untuk sakit. “Mungkin ke depan saya harus ubah pola. Lebih baik dicegah daripada menunggu sakit,” tuturnya.