Gubernur Kepulauan Riau, Ansar Ahmad, menjamu Menteri Besar Kelantan, Yang Amat Berhormat Dato’ Panglima Perang Ustaz Dato’ Haji Mohd Nassurudin, serta sang istri dalam sebuah jamuan makan malam yang berlangsung di Gedung Daerah, Tanjungpinang. Acara ini berlangsung pada Selasa malam, dan menjadi simbol kerjasama erat antara dua wilayah yang berbasis kultural.
Dalam sambutannya, Gubernur Ansar Ahmad menekankan bahwa 96 persen wilayah Kepulauan Riau adalah lautan, dengan hanya 4 persen yang berupa daratan. Menarik untuk dicatat, provinsi ini terdiri dari 2.408 pulau, di mana 394 pulau di antaranya berpenghuni. Bukan hanya sebagai wilayah dengan keindahan alam yang memikat, Kepri juga memiliki peran strategis karena letaknya yang berbatasan langsung dengan negara-negara ASEAN.
Keberagaman Suku di Kepulauan Riau
Keberagaman suku bangsa di Kepulauan Riau merupakan hal yang mencolok dan menarik untuk dibahas. Gubernur Ansar mengisyaratkan bahwa keragaman tersebut tidak menjadikan provinsi ini terpecah belah. Sebaliknya, perbedaan budaya yang ada justru memperkuat solidaritas dan persatuan diantara masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa Kepulauan Riau adalah contoh ideal bagaimana keberagaman bisa dimanfaatkan untuk memperkuat identitas bersama.
Dalam konteks sosial, keragaman etnis dan budaya membawa banyak keuntungan, seperti pengayaan budaya, peningkatan kreativitas, serta pembentukan komunitas yang lebih inklusif. Kehadiran berbagai suku dan bahasa menambah nilai artistik dan sumber daya manusia yang variatif, sehingga dapat dimanfaatkan dalam berbagai bidang, baik itu pariwisata, pendidikan, maupun ekonomi. Dalam pandangan banyak ahli, provinsi dengan keragaman yang tinggi memiliki peluang lebih besar untuk berkembang.
Pembangunan Monumen Bahasa Nasional dan Signifikansinya
Salah satu hal menarik yang diungkapkan oleh Gubernur adalah rencana pembangunan Monumen Bahasa Nasional di Pulau Penyengat. Monumen ini sangat penting karena menjadi simbol yang menekankan bahwa bahasa Indonesia memiliki akar yang kuat di Pulau Penyengat. Ini adalah hasil pemikiran dari tokoh penting, Raja Ali Haji. Monumen ini diharapkan tidak hanya menjadi objek wisata, tapi juga pusat edukasi sejarah bahasa Indonesia.
Penting bagi masyarakat untuk memahami sejarah dan asal-usul bahasa yang mereka gunakan sehari-hari. Studi menunjukkan bahwa kesadaran akan sejarah bisa membawa rasa memiliki yang lebih kuat terhadap bahasa dan budaya. Ketika masyarakat memahami bahwa bahasa mereka memiliki nilai historis dan budaya, hal ini dapat meningkatkan ketahanan sosial dan kebudayaan di suatu daerah. Dengan demikian, monumen ini bisa menjadi langkah awal untuk membangun jiwa kebangsaan yang lebih kuat.
Dalam acara tersebut, Menteri Besar Kelantan juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Raja Ali Haji atas kontribusinya terhadap bahasa Melayu. Hal ini menunjukkan bahwa region di sekitar Kepulauan Riau dan Malaysia memiliki hubungan yang erat dalam hal budaya dan bahasa. Sebuah undangan disampaikan untuk kerjasama lebih lanjut, menandakan bahwa hubungan antar-negara berbasis budaya adalah sumber kekuatan yang tidak boleh diabaikan.
Di akhir acara, saling bertukar cendera mata antara Gubernur Ansar dan Menteri Besar Kelantan menjadi simbol persahabatan. Melalui kerja sama ini, diharapkan akan ada kesinambungan dalam membangun relasi yang lebih komprehensif antara kedua wilayah.
