Kabar duka kembali menggetarkan dunia politik Indonesia. Mantan Menteri Agama yang cukup berpengaruh, Suryadharma Ali, dinyatakan telah meninggal dunia pada pagi hari, Kamis (31/7) di Rumah Sakit Mayapada, Jakarta Selatan. Kepergiannya yang tiba-tiba ini menggugah perhatian publik, mengingat jasa-jasanya di bidang pemerintahan dan keagamaan.
Informasi mengenai wafatnya Suryadharma Ali telah dikonfirmasi oleh Juru Bicara Partai Persatuan Pembangunan, yang menegaskan bahwa berita tersebut adalah benar. Rasa kehilangan ini turut dirasakan oleh banyak orang, terutama bagi mereka yang pernah mengenalnya dan menyaksikan kiprah politiknya.
Pembacaan dan Pemakaman Suryadharma Ali
Jenazah Suryadharma Ali rencananya akan disemayamkan di kediaman keluarga di Jakarta, sebelum akhirnya dimakamkan di Pondok Pesantren Miftahul ‘Ulum di Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi. Prosesi pemakaman ini diharapkan dapat menjadi momen bagi keluarga dan kerabat untuk mengenang jasa dan pengorbanan almarhum.
Usman Tokan menyampaikan harapannya agar keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan dalam menghadapi kehilangan ini. Selain itu, doa agar amal ibadah almarhum diterima oleh Allah SWT juga menjadi perhatian utama dalam sambutannya.
Profil dan Karier Suryadharma Ali
Suryadharma Ali lahir di Jakarta pada 19 September 1956 dan memulai perjalanan pendidikannya di IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Kariernya di dunia politik dimulai melalui Partai Persatuan Pembangunan, di mana ia menjabat sebagai Ketua Umum dari tahun 2007 hingga 2014. Di bawah kepemimpinannya, PPP berhasil terlibat aktif dalam sejumlah kebijakan nasional serta menjadi bagian penting dari koalisi pemerintahan.
Ia juga tidak asing dalam ranah Menteri Negara Koperasi dan UKM dalam kabinet Indonesia Bersatu di tahun 2004 hingga 2009. Juga, sebagai Menteri Agama RI dari tahun 2009 hingga 2014, Suryadharma membawa banyak perubahan dan inisiatif dalam respon terhadap tantangan keagamaan di Indonesia.
Namun, perjalanan politiknya tidak selalu mulus. Nama Suryadharma Ali sempat tercoreng akibat kasus korupsi yang melibatkan penyelenggaraan ibadah haji, yang berujung pada vonis enam tahun penjara. Walaupun ia sempat melakukan banding dan peninjauan kembali, hukum tetap dijalankan. Ia menjalani masa hukuman di Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin, sebelum akhirnya dibebaskan lebih cepat melalui program asimilasi.
Pengalamannya yang penuh dengan liku-liku tidak mengurangi dedikasinya terhadap negara dan masyarakat. Sejumlah kebijakan dan kontribusi Suryadharma dalam merangkul keragaman dan keberagaman umat beragama di Indonesia tetap menjadi warisan yang diingat oleh banyak orang. Biarpun sisi gelap dalam kariernya menjadi catatan tersendiri, namun banyak pihak yang akan mengenang jasanya sebagai pemimpin yang mampu berdialog di tengah perbedaan.
Terlepas dari berbagai tantangan yang dihadapinya, Suryadharma Ali meninggalkan jejak yang signifikan di kancah politik dan pemerintahan Indonesia. Pengabdian dan komitmennya dalam menciptakan harmoni antar umat beragama patut dicontoh oleh generasi mendatang. Semoga keluarga yang ditinggalkan mendapat ketabahan, dan jasa-jasa almarhum akan selalu dikenang.